Rabu, 08 Agustus 2012

Terimakasih Untuk Semuanya

mulai saat ini aku harus menerima pemberian Tuhan, memang apa yang kita panen adalah apa yang kita hasilkan, mungkin selama ini aku selalu menanam melati, tapi melati itu layu karena tak pernah aku siram dan tak pernah aku rawat sehingga ia layu, mengerut dan mengeluh, yang akhirnya dia tak berbuga lagi yang ada hanya duri yang aku petik..
terlebih, di sela-sela aku menanam melati, aku malah mencari bibit yang lain yang menurutku bisa tumbuh subur di halaman rumahku, yang nyatanya karena aku tak ingin pilih kasih terhadap bunga itu, aku hampir tak sempat memberi kesejukan, malah aku hanya memberi air asin yang panas, dan yang membuat bungaku menggigil sendiri dalam keterpurukan, dia bersabar menunggu bantuan datang, sementara aku tak mau menerima bantuan dari siapapun karena aku berpikir aku bisa menyelesaikannya sendiri, tapi nyatanya aku terlalu diam, terlau senang dengan kemewahanku yang akhirnya aku hanya bisa melihat tanamnaku diinjak olehku sendiri.
aku membuai, aku bernoda, aku berdusta, dan sekarang aku hanya meratapi ranting-ranting yang penuh dendam dihadapku, tak penting lagi sebuah pengorbanan, kepercayaan, cinta, sayang, pujian, hinaan, ataupun yang lain, lir ibarat PANAS SETAHUN DIBALS HUJAN SEHARI.
Tuhan jika karma ini hanya kau berikan pada 1 orang lelaki di dunia ini, biarkanlah aku yang merasakan karma itu, jangan kau cetak lagi lelaki-lelaki seperti aku yang hanya bisa mengumbar janji dan harapan kosong, aku berkorban tapi pengorbananku itu hanya akan membuat orang didekatku menjadi korbannya,
sesuai pepatah bilang, cukup menyesali diri saja tak cukup kawan, biar dirimu dan waktu yang akan menghukummu, itu sudah jauh lebih sepadan ketimbang kau dipancung 1000 kali, itu akan lebih baik daripada engkau berlali ditengah terik matahari di gurun sahara, dan itu akan lebih baik lagi ketimbang kau ditancap ribuan sembili.
maaf Tuhan, aku telah menyalahi aturan-Mu, aturan cinta-Mu, aturan berkasih, dan aturan hidup yang engkau beri untukku, maaf jika hati telah bertutur kata yang tak sepadan dengan tingkah laku ini, maaf jika kata-kata ini telah membuat orang-orang disekelilingku menjadi terbuai terbang tinggi serasa bahagia yang ternyata akhirnya aku tangkis dari langit-langit cinta dan aku jatuhkan Dia, terasa sakit dalam diri dan hatinya, tapi aku manusia yang tak berperasaan ini hanya tertawa lepas, puas, seakan hidup hanya untuk dilewati saja, semua orang tak akan tahu apa isi hatiku, tapi aku tahu, dan aku tak mau berucap, CUKUP!!!
CUKUP UNTUK AKU SESALI, UNTUK AKU RENUNGKAN, DAN CUKUP UNTUK AKU PERBAIKI.
maaf, maaf untuk kalian-kalian sang terkasih Tuhan, aku kirim rangkaian kata maaf tapi tak sampai, ingin aku membuai kata maaf yang aku rangkai dari masryiq ke maghrib, tapi itu tak akan ada gunanya, akan aku ukir kata maaf dengan semua tetsan darahku tapi itu semua tak ada guna, ingin aku rangkai kata maaf dengan semua lembaran kertas yang ada di dunia ini dengan tetesan tinta air laut, tapi sampai kapanpun tak ada guna meskipun aku berdoa pada tuhan agar memberikan aku kesempatan mengulang dan perbaiki semuanya, semuanya tak akan berguna karena aku telah jauh, telah hina, telah nista, dan aku akan berbaring di sel-sel kebencianku terhadap diriku sendiri, aku berdiri dibalik jeruji rayuan gombalku sendiri dan aku hanya akan memakan duri yang aku petik dari tanaman yang aku tanam.
maaf, maaf karena hati telah bermain api, hingga akhirnya aku yang hangus dengan apiku, hingga hati ini tak berbenuk lagi, yang terlihat hanya gelap, hitam, legam, tenggelam di samudera kekhilafan.
terimakasih untuk sang terkasih dengan semua keikhlasan akan sikapku yang telah rapuh, atas semua kesabaran akan tindakanku yang tak perhatikan kondisi, atas semua rasa yang aku buat menjadi pahit sampai akhirnya sang terkasih harus meminumnya, dan terimakasih atas semua kejatuhan hati sang terkasih yang membuatmu terbunuh dengan semua sikap burukku.
jangan ada lagi sang terkasih yang tersakiti oleh lelaki-lelaki sepertiku, cukup. aku telah merasakan nikmatnya menyakiti, menghardik satu dengan yang lainnya, berdusata, dan terlebih aku telah merasakan nikmatnya hukuman hati.
biarlah ini emenjadi pelajaran penting dan berharga di semua kehidupanku, tak akan sadar jika tak ada yang menghinaku, tak akan sadar jika belum ada yang mencaciku, memakiku, dan mendendamiku.
terimakasih untuk semua kebencian, untuk semua amarah, untuk semua hinaan, untuk semua kata-kata yang menjatuhkan, dan terimakaih ats semua tindakan yang membuat sang makhluk meniggalkanku.
cukup dengan semua ini aku merasakan indahnya hidup, aku tak akan bahagia jika sang makhluk tak mengajariku arti amarah, kebencian, hinaan, cercaan, dan kata-kata yang menjatuhkan, mungkin di hari-hari berikutnya aku akan menangis atau mungkin tertawa lepas karena mengingat hal ini, hal terbodoh, tergila, terekstrim, tergila, terceroboh, terparah, dan ter-ter yang lain yang tak bisa aku sebutkan.
terimakasih tuhan kau telah mengirimi ilham ini, aku menjadi tahu bagaimana caranya menghargai dan menjaga harti sang terkasih ini.

Tidak ada komentar: