mulai saat ini aku harus menerima pemberian Tuhan, memang apa yang
kita panen adalah apa yang kita hasilkan, mungkin selama ini aku selalu
menanam melati, tapi melati itu layu karena tak pernah aku siram dan tak
pernah aku rawat sehingga ia layu, mengerut dan mengeluh, yang akhirnya
dia tak berbuga lagi yang ada hanya duri yang aku petik..
terlebih, di sela-sela aku menanam melati, aku malah mencari bibit
yang lain yang menurutku bisa tumbuh subur di halaman rumahku, yang
nyatanya karena aku tak ingin pilih kasih terhadap bunga itu, aku hampir
tak sempat memberi kesejukan, malah aku hanya memberi air asin yang
panas, dan yang membuat bungaku menggigil sendiri dalam keterpurukan,
dia bersabar menunggu bantuan datang, sementara aku tak mau menerima
bantuan dari siapapun karena aku berpikir aku bisa menyelesaikannya
sendiri, tapi nyatanya aku terlalu diam, terlau senang dengan
kemewahanku yang akhirnya aku hanya bisa melihat tanamnaku diinjak
olehku sendiri.
aku membuai, aku bernoda, aku berdusta, dan sekarang aku hanya
meratapi ranting-ranting yang penuh dendam dihadapku, tak penting lagi
sebuah pengorbanan, kepercayaan, cinta, sayang, pujian, hinaan, ataupun
yang lain, lir ibarat PANAS SETAHUN DIBALS HUJAN SEHARI.
Tuhan jika karma ini hanya kau berikan pada 1 orang lelaki di dunia
ini, biarkanlah aku yang merasakan karma itu, jangan kau cetak lagi
lelaki-lelaki seperti aku yang hanya bisa mengumbar janji dan harapan
kosong, aku berkorban tapi pengorbananku itu hanya akan membuat orang
didekatku menjadi korbannya,
sesuai pepatah bilang, cukup menyesali diri saja tak cukup kawan,
biar dirimu dan waktu yang akan menghukummu, itu sudah jauh lebih
sepadan ketimbang kau dipancung 1000 kali, itu akan lebih baik daripada
engkau berlali ditengah terik matahari di gurun sahara, dan itu akan
lebih baik lagi ketimbang kau ditancap ribuan sembili.
maaf Tuhan, aku telah menyalahi aturan-Mu, aturan cinta-Mu, aturan
berkasih, dan aturan hidup yang engkau beri untukku, maaf jika hati
telah bertutur kata yang tak sepadan dengan tingkah laku ini, maaf jika
kata-kata ini telah membuat orang-orang disekelilingku menjadi terbuai
terbang tinggi serasa bahagia yang ternyata akhirnya aku tangkis dari
langit-langit cinta dan aku jatuhkan Dia, terasa sakit dalam diri dan
hatinya, tapi aku manusia yang tak berperasaan ini hanya tertawa lepas,
puas, seakan hidup hanya untuk dilewati saja, semua orang tak akan tahu
apa isi hatiku, tapi aku tahu, dan aku tak mau berucap, CUKUP!!!
CUKUP UNTUK AKU SESALI, UNTUK AKU RENUNGKAN, DAN CUKUP UNTUK AKU PERBAIKI.
maaf, maaf untuk kalian-kalian sang terkasih Tuhan, aku kirim
rangkaian kata maaf tapi tak sampai, ingin aku membuai kata maaf yang
aku rangkai dari masryiq ke maghrib, tapi itu tak akan ada gunanya, akan
aku ukir kata maaf dengan semua tetsan darahku tapi itu semua tak ada
guna, ingin aku rangkai kata maaf dengan semua lembaran kertas yang ada
di dunia ini dengan tetesan tinta air laut, tapi sampai kapanpun tak ada
guna meskipun aku berdoa pada tuhan agar memberikan aku kesempatan
mengulang dan perbaiki semuanya, semuanya tak akan berguna karena aku
telah jauh, telah hina, telah nista, dan aku akan berbaring di sel-sel
kebencianku terhadap diriku sendiri, aku berdiri dibalik jeruji rayuan
gombalku sendiri dan aku hanya akan memakan duri yang aku petik dari
tanaman yang aku tanam.
maaf, maaf karena hati telah bermain api, hingga akhirnya aku yang
hangus dengan apiku, hingga hati ini tak berbenuk lagi, yang terlihat
hanya gelap, hitam, legam, tenggelam di samudera kekhilafan.
terimakasih untuk sang terkasih dengan semua keikhlasan akan sikapku
yang telah rapuh, atas semua kesabaran akan tindakanku yang tak
perhatikan kondisi, atas semua rasa yang aku buat menjadi pahit sampai
akhirnya sang terkasih harus meminumnya, dan terimakasih atas semua
kejatuhan hati sang terkasih yang membuatmu terbunuh dengan semua sikap
burukku.
jangan ada lagi sang terkasih yang tersakiti oleh lelaki-lelaki
sepertiku, cukup. aku telah merasakan nikmatnya menyakiti, menghardik
satu dengan yang lainnya, berdusata, dan terlebih aku telah merasakan
nikmatnya hukuman hati.
biarlah ini emenjadi pelajaran penting dan berharga di semua
kehidupanku, tak akan sadar jika tak ada yang menghinaku, tak akan sadar
jika belum ada yang mencaciku, memakiku, dan mendendamiku.
terimakasih untuk semua kebencian, untuk semua amarah, untuk semua
hinaan, untuk semua kata-kata yang menjatuhkan, dan terimakaih ats semua
tindakan yang membuat sang makhluk meniggalkanku.
cukup dengan semua ini aku merasakan indahnya hidup, aku tak akan
bahagia jika sang makhluk tak mengajariku arti amarah, kebencian,
hinaan, cercaan, dan kata-kata yang menjatuhkan, mungkin di hari-hari
berikutnya aku akan menangis atau mungkin tertawa lepas karena mengingat
hal ini, hal terbodoh, tergila, terekstrim, tergila, terceroboh,
terparah, dan ter-ter yang lain yang tak bisa aku sebutkan.
terimakasih tuhan kau telah mengirimi ilham ini, aku menjadi tahu
bagaimana caranya menghargai dan menjaga harti sang terkasih ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar