suatu ketika dalam sebuah rumah tangga kecil yang sederhana sepasang suami istri melakukan kegiatan seperti biasanya, mereka berdua adalah sama-sama pekerja, wanita bekerja sebagai wanita karir sementara laki-laki hanyalah penjual es cendol yang berkeliling kampung, suatu sore ketika mereka berdua sama-sama sampai rumah dengan muka penuh senyum sang suami berkata
"ibu, tolong ambilkan segelas air putih untukku, rasanya aku pusing"
kemudian sang istri menjawab "heuh, cobalah bapak ambil sendiri aku juga capek pak baru pulang kerja dan akupun sangat lelah"
seketika sang istri meninggalkan sang suami tersebut duduk dan berbarig seketika ia tertidur, ketika ia terbangun lalu ia berjalan ke dapur ia melihat piring kotor sudah tercuci dan tersimpan rapi di rak, ia melihat pakaian kotor sudah tercuci dan terjemur rapi, ia melihat pakaian kering yang sudah rapi disetrika. lalu ia menghampiri suaminya dan memegang keningnya ternyata suaminya demam yang tinggi.
ia kemudian tersadar "aku dimintakan segelas air pun tak kuhiraukan, padahal itu adalah kewajibanku sebgai istri".
tak lama kemudian sang istri berhenti dari pekerjaannya, dan menjadi ibu rumah tangga.
"wanita memang tak bisa lepas dari harta, namun harta yang sedikit dari seoarang suami akan lebih berkah rasanya jika sang istri mampu memaknainya dengan baik."
"Dan kewajiban ayah menanggung nafkah & pakaian mereka dgn cara yg patut. Seseorang tdk dibebani lbh dari kesanggupannya.” [Al-Baqarah : 233]"
dalam diri ini masih menetap goresan-goresan dosa yang mungkin masih akan menjadi penghalang kesuksesan hakiki-ku.
Tuhan,
Jika dalam diri ini masih memiliki kecemburuan-kecemburuan kepada para aulia-Mu, maka jadikan ini sebagai penghantar akan kesyahidanku akan maut yang kau siapkan untukku.
Tuhan,
Jika dalam hati ini masih tersimpan satu kelembutan hati, maka jadikan ini sebagai tameng diri agar tetap di jalanmu.
40. Muhammad itu bukanlah bapak
dari seseorang di antara kamu[49], tetapi dia adalah utusan Allah[50] dan penutup para nabi[51]. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu[52].
[49] Maksudnya, Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah ayah dari salah seorang sahabat (Zaid
bin Haritsah radhiyallahu 'anhu), oleh karena itu bekas istri Zaid dapat dikawini
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
[50] Inilah kedudukan Beliau. Oleh
karena itu sikap kita kepada Beliau adalah menaati perintahnya, menjauhi
larangannya, membenarkan setiap sabdanya dan beribadah kepada Allah sesuai
sunnahnya, serta mencintainya di atas kecintaan kepada siapa pun orangnya.
[51] Oleh karena itu, tidak ada lagi
nabi setelah Beliau.
[52] Ilmu Allah meliputi segala sesuatu,
Dia mengetahui di mana Dia taruh risalah-Nya, dan siapa yang cocok memperoleh
karunia-Nya dan siapa yang tidak cocok.
Sekarang-sekarang ini apa yang terjadi dengan negeri tercinta kita Indonesia?
Semoga ini jadi bahan muhasabah untuk kita semua dengan ayat-ayat Alquran ini.
Musibah & Bala Bencana Adalah Teguran Dari Allah
Al Qur’an menjelaskan, membenarkan
hal tersebut, Allah Swt berfirman:
“Dan tidak adalah Tuhanmu
membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami
membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.”(QS. Al Qhashash, 28 : 59)
FirmanNya
lagi:
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan
membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang
berbuat kebaikan.”(QS. Hud : 117)
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika
kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha
Mengetahui.”(QS. An Nisaa : 147)
FirmanNya lagi:
“Dan jika Kami hendak membinasakan
suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di
negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam
negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan
Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”(QS. Al Isra, 17 : 16)
FirmanNya lagi:
“Tak ada suatu negeripun (yang
durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau
Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah
tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).”(QS. Al Isra, 17 : 58)
FirmanNya lagi:
“Dan apa saja musibah yang menimpa
kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu.”(QS. As Syura, 42 : 30)
FirmanNya lagi:
“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari
segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena
itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan
apa yang selalu mereka perbuat.”(QS. An-Nahl, 16 : 112)
FirmanNya lagi:
“Tidakkah kamu perhatikan
orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan
kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya;
dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.”(QS. Ibrahim, 14 : 28-29)
FirmanNya lagi:
“Dan apakah mereka tidak mengadakan
perjalanan dimuka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat yang diderita oleh
orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dri merka,mereka
telah mengolah bumi dan memakmurkannya lebih banyak dari apa yang mereka
makmurkan.Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa
keterangan dan bukti-bukti yang nyata.Maka Allah sekali-kali tidak berlaku
dzalim kepada mereka ,tetapi merekalah yang berlaku dzalim terhadap dir
mereka.Kemudian akibat orang-orang yang melakukan kedurhakaan dan kejahatan
adalah azab siksa yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah
dan mereka selalu memperolok-olok.”(QS. Rum, 30 : 9-10).
Dan firmanNya lagi:
“(ingatlah), ketika orang-orang
munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu
(orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”. Kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang
yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah
olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri), demikian
itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak menganiaya hamba-Nya, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari
ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya.
Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi amat keras siksaan-Nya, (siksaan) yang demikian
itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu
nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah
apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri [Allah tidak mencabut nikmat yang
telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan
bersyukur kepada Allah.], dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan
pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan
ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan
Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah
orang-orang yang zalim. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di
sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.”(QS. Al An fal, 8 : 49-55)
Demikianlah diantara ayat-ayat Allah
yang menerangkan sebab-sebab datangnya musibah dan bala bencana.
Rasulullah Saw juga menerangkan akan
sebab-sebab musibah dalam haditsnya:
“Jika timbul maksiat pada ummatku,
maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka.” Aku berkata : Wahai
Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih? Beliau
menjawab: “ada!”. Aku berkata lagi: Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?
Beliau menjawab: “Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang
ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan
mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya.”(HR. Imam Ahmad)
Lima Sebab Datangnya Azab dan Siksa
Allah
Rasulullah Saw bersabda:
“Bagaimana kalian apabila terjadi
lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu
tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu,
Tidaklah perbuatan zina itu tampak
pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam
mereka penyakit ta’un dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek
moyang dahulu.
Dan tidaklah kaum itu menahan zakat,
melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit, andai kata
tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani.
Dan tidaklah kaum itu mengurangi
takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan
bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan nyelewengnya penguasa.
Dan tidaklah pemimpin-pemimpin
mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan
mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka.
Dan tidaklah mereka itu
menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan
bahaya di antara mereka sendiri.”(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Lima Belas Perkara Mendatangkan
Musibah & Bala Bencana
Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata:
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara,
maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka bencana.” Ditanyakan,
apakah lima belas perkara itu wahai Rasulullah?
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila…
Harta rampasan perang (maghnam)
dianggap sebagai milik pribadi,
Amanah (barang amanah) dijadikan
sebagai harta rampasan,
Zakat dianggap sebagai cukai
(denda),
Suami menjadi budak istrinya (sampai
dia),
Mendurhakai ibunya,
Mengutamakan sahabatnya (sampai
dia),
Berbuat zalim kepada ayahnya,
Terjadi kebisingan (suara kuat) dan
keributan di dalam masjid (yang bertentangan dengan syari’ah),
Orang-orang hina, rendah, dan bejat
moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat),
Seseorang dihormati karena
semata-mata takut dengan kejahatannya,
Minuman keras (khamar) tersebar
merata dan menjadi kebiasaan,
Laki-laki telah memakai pakaian
sutera,
Penyanyi dan penari wanita
bermunculan dan dianjurkan,
Alat-alat musik merajalela dan
menjadi kebanggaan atau kesukaan,
Generasi akhir umat ini mencela dan
mencerca generasi pendahulunya;
Apabila telah berlaku
perkara-perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan
merah (kebakaran), tenggelamnya bumi dan apa yang diatasnya ke dalam bumi
(gempa bumi dan tananh longsor), dan perubahan-perubahan atau
penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain.”(HR. Tirmidzi, 2136)
Itulah perkara-perkara yang
menyebabkan suatu negeri mengalami kekacauan, kehancuran, kesempitan,
kemelaratan, perseteruan, dan perpecahan satu sama lainnya, antara rakyat
dengan rakyat dan rakyat dengan penguasa. Korupsi dan ketidakadilan merajalela,
segala macam penyakit bermunculan menimpa manusia, yang benar-benar menyulitkan
dan membinasakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Oleh sebab itulah, Rasulullah Saw
berdoa agar sahabat-sahabatnya tidak menjumpai keadaan yang demikian dahsyat
dan terpuruknya. Dari semua perkara yang menyebabkan datangnya siksa dan azab
itu. Insya Allah akan berakhir jika manusia dan kaum Muslimin khususnya kembali
kepada Allah dan Rasul Nya, berpegang teguh kepada Dinullah (Islam yang sebenar-benarnya,
menurut Al Qur’an dan As Sunnah) mengikut petunjuk Rasulnya.
Sebagai penutup, renungkanlah firman
Allah Swt berikut serbagai introfeksi kita semua:
”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS. Al A’raf, 7: 96)
Surat Al-Ikhlash diturunkan untuk
menjawab sebuah pertanyaan. Berikut ini adalah asbabun-nuzul (sebab
turunnya) Surat Al-Ikhlash:
Dakwah Rasulullah di Mekkah
mendapat banyak sekali tantangan, termasuk ancaman pembunuhan. Saat
Rasulluhah berhasil keluar dari Mekkah dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah,
ancaman pembunuhan pun masih tetap ada.
Kaum kafir Quraisy mengadakan
pertemuan di Darun Dadwah untuk menangkap Rasulullah dan membawa ke
hadapan mereka. Lalu mereka sepakat bahwa siapapun yang berhasil menangkap Muhammad,
hidup atau mati, akan diberi hadiah 100 unta merah, 100 jariyah dari Rum, dan
100 kuda Arab. Lalu seorang laki-laki bernama Suroqoh menyatakan
kesediaannya.
Singkatnya, Suroqoh dengan berhasil
mengejar Rasulullah yang dalam perjalanan ke Madinah. Sebenarnya Malaikat
Jibril telah turun dan berkata pada Rasulullah,”Wahai Rasulullah, Allah
telah menundukkan bumi ini untuk mentaati perintahmu.”
Maka saat Suroqoh tepat berada di
belakang Rasulullah sambil menghunus pedangnya, tiba-tiba ia terjatuh, dan
terperosok ke dalam bumi. Sementara itu Rasulullah pura-pura tidak tahu dan
melanjutkan perjalanan.
Lalu Suroqoh memanggil,”Hai
Muhammad, tolonglah aku. Aku tidak akan membunuhmu. Marilah kita berdamai.”
Rasulullah pun menolong Suroqoh. Namun setelah selamat, Suroqoh malah
kembali menghunuskan pedangnya dan hendak menikam Rasulullah. Saat ujung pedang
Suroqoh hamper mengenai kulit Rasulullah, tiba-tiba Suroqoh kembali terperosok
ke dalam bumi untuk kedua kalinya.
Suroqoh pun kembali berteriak
meminta tolong kepada Rasulullah. Dan Rasulullah pun menolongnya lagi. Setelah
selamat, Suroqoh pun mendekat dan bersimpuh di hadapan unta yang dikendarai
Rasulullah, seraya berkata,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang
Tuhanmu. Sekiranya Dia memiliki kekuasaan sehebat itu, apakah Tuhanmu itu
terbuat dari emas ataukah perak?”
Rasulullah pun menundukkan
kepalanya. Dan Malaikat Jibril pun datang membawa wahyu, yakni Surat
Al-Ikhlas sebagai jawaban atas pertanyaan Suroqoh.
“Katakanlah (wahai
Muhammad): Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlash:1-4)
Surah
al-Falaq
Ayat 1-5, yaitu firman Allah ta'ala,
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila
telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang
meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila
dia dengki."'(al-Falaq: 1-5)
Surah an-Naas
Ayat 1-6, yaitu firman Allah ta'ala,
"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia,
Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."'(an-Naas: 1-6)
Sebab Turunnya Ayat
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab Dalaa'il an-Nubuwwah dari
al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas yang berkata, "Suatu ketika,
Rasulullah menderita sakit parah. Dua malaikat lantas mendatangi beliau. Yang satu
duduk di arah kepada sementara yang satu lagi di arah kaki. Malaikat yang
berada di sebelah kaki lalu bertanya kepada yang di sebelah kepala, 'Apa yang
terjadi kepadanya?' Malaikat yang di sebelah kepala menjawab, 'Disihir orang.'
Malaikat yang di sebelah kaki bertanya lagi, 'Siapa yang menyihir?' Dijawab,
'Labid ibnul-A'sham, seorang Yahudi.' Malaikat itu bertanya lagi, "Di mana
diletakkan sihirnya itu?' Dijawab, 'Di sebuah sumur milik si Fulan, di bawah
batu. Oleh sebab itu, hendaklah Muhammad pergi ke sumur itu kemudian keringkan
airnya lalu angkat batunya. Setelah itu ambillah kotak yang ada di bawahnya dan
bakarlah.'
Pada pagi harinya, Rasulullah mengutus Ammar bin Yasir serta beberapa sahabat
untuk pergi ke sumur tersebut. Ketika sampai, mereka melihat airnya berwarna
merah kecoklatan seperti air pacar/ina. Mereka lantas menimba airnya,
mengangkat batunya, mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalamnya lalu
membakarnya. Ternyata di dalamnya terdapat seutas tali yang memiliki sebelas
simpul. Selanjutnya, Allah menurunkan kedua surah ini. Setiap kali Rasulullah
membaca satu ayat maka terurailah satu simpul."
Riwayat yang hampir sama dengan yang di atas terdapat dalam Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim, namun tanpa menyebut turunnya kedua surah. (517) Akan tetapi,
juga terdapat riwayat serupa yang disertai penyebutan turunnya kedua surah.
Abu Nu'aim meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa'il dari jalur Abu Ja'far
ar-Razi dari Rabi' bin Anas bin Malik yang berkata, "Seorang laki-laki
Yahudi membuatkan sesuatu terhadap Rasulullah sehingga beliau menderita sakit
parah. Tatkala para sahabat menjenguk, mereka meyakini bahwa Rasulullah telah
terkena sihir. Malaikat Jibril kemudian turun membawa al-Mu'awwidzatain
(surah al-Falaq dan an-Naas) untuk mengobatinya. Akhirnya, Rasulullah pun
kembali sehat."
517.
Lihat Shahih Bukhari, Kitab ath-Thibb, hadits nomor
5766 dan Shahih Muslim, kitab as-Salaam, hadits nomor
2189.
Sumber:
Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul,
atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema
Insani), hlm. 651 - 653.
Ayat 1, yaitu firman Allah ta'ala,
"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa.'"(al-Ikhlaas:
1)
Sebab Turunnya Ayat
Imam at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Aliyah
dari Ubai bin Ka'ab bahwa suatu ketika orang-orang musyrik berkata kepada
Rasulullah, "Gambarkanlah kepada kami bagaimana Tuhan Engkau?" Allah
lalu menurunkan ayat ini hingga akhir surah.
Imam ath-Thabrani dan Ibnu Jarir meriwayatkan riwayat senada dari Jabir bin
Abdillah. Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa surah ini adalah
Makkiyyah.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika sekelompok
Yahudi datang kepada Nabi saw.. Di antara rombongan tersebut terdapat Ka'ab bin
Asyraf dan Huyay bin Akhtab. Mereka lalu berkata, "Wahai Muhammad,
gambarkanlah kepada kami ciri-ciri dari Tuhan yang mengutus engkau itu?!"
Allah lalu menurunkan ayat ini hingga akhir surah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah, demikian pula Ibnul Mundzir dari Said bin
Jabir riwayat yang mirip dengan di atas. Dengan riwayat ini, sebagian pihak
berdalil bahwa surah ini adalah surah Madaniyyah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Aliyah yang berkata, "Qatadah berkata,
'Sesungguhnya pasukan koalisi (kaum kafir) pernah berkata kepada Nabi saw.,
'Gambarkanlah kepada kami bagaimana Tuhan engkau itu?' Jibril lalu turun dengan
membawa surah ini."
Jadi, inilah yang dimaksud dengan "orang-orang musyrik" seperti yang
disebut dalam riwayat Ubai bin Ka'ab. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa surah ini
adalah Madaniyyah, sebagaimana yang juga ditunjukkan oleh hadits Ibnu Abbas.
Dengan demikian, kontradiksi antara kedua hadits di atas telah dapat diatasi.
Tetapi, Abusy Syaikh meriwayatkan dalam kitab al-'Azhamah dari Aban
dari Anas yang berkata, "Suatu ketika, orang-orang Yahudi Khaibar datang
kepada Rasulullah dan berkata, 'Wahai Abal Qasim, Allah telah menciptakan para
malaikat dari cahaya tirai-Nya, Adam dari tanah liat yang diberi bentuk, Iblis
dari kobaran api, langit dari awan, dan bumi dari buih air. Oleh karena itu,
beritahukanlah kepada kami bagaimana hakikat Tuhanmu itu?' Rasulullah belum
menjawab pertanyaan tersebut hingga Jibril datang dengan membawa surah
ini."
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun
Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an,
terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 649 - 450.