Jumat, 31 Januari 2014

Ayat Tentang Nabi Terakhir


 




40. Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu[49], tetapi dia adalah utusan Allah[50] dan penutup para nabi[51]. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu[52].
[49] Maksudnya, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah ayah dari salah seorang sahabat (Zaid bin Haritsah radhiyallahu 'anhu), oleh karena itu bekas istri Zaid dapat dikawini Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
[50] Inilah kedudukan Beliau. Oleh karena itu sikap kita kepada Beliau adalah menaati perintahnya, menjauhi larangannya, membenarkan setiap sabdanya dan beribadah kepada Allah sesuai sunnahnya, serta mencintainya di atas kecintaan kepada siapa pun orangnya.
[51] Oleh karena itu, tidak ada lagi nabi setelah Beliau.
[52] Ilmu Allah meliputi segala sesuatu, Dia mengetahui di mana Dia taruh risalah-Nya, dan siapa yang cocok memperoleh karunia-Nya dan siapa yang tidak cocok.

Ujian, Musibah, Atau Azab?

Sekarang-sekarang ini apa yang terjadi dengan negeri tercinta kita Indonesia?
Semoga ini jadi bahan muhasabah untuk kita semua dengan ayat-ayat Alquran ini.

Musibah & Bala Bencana Adalah Teguran Dari Allah
Al Qur’an menjelaskan, membenarkan hal tersebut, Allah Swt berfirman:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS. Al Qhashash, 28 : 59)

FirmanNya lagi:


“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud : 117)
FirmanNya lagi:
مَّا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَآمَنتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nisaa : 147)
FirmanNya lagi:
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al Isra, 17 : 16)
FirmanNya lagi:
“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh).” (QS. Al Isra, 17 : 58)
FirmanNya lagi:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu.” (QS. As Syura, 42 : 30)
FirmanNya lagi:

“Dan Allah Telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.”
(QS. An-Nahl, 16 : 112)
FirmanNya lagi:
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam; mereka masuk kedalamnya; dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. Ibrahim, 14 : 28-29)
FirmanNya lagi:
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan dimuka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat yang diderita oleh orang-orang yang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dri merka,mereka telah mengolah bumi dan memakmurkannya lebih banyak dari apa yang mereka makmurkan.Dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan dan bukti-bukti yang nyata.Maka Allah sekali-kali tidak berlaku dzalim kepada mereka ,tetapi merekalah yang berlaku dzalim terhadap dir mereka.Kemudian akibat orang-orang yang melakukan kedurhakaan dan kejahatan adalah azab siksa yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-olok.” (QS. Rum, 30 : 9-10).
Dan firmanNya lagi:
“(ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata: “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman): “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, Maka Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Kalau kamu melihat ketika Para Malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri), demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi amat keras siksaan-Nya, (siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri [Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.], dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui, (keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya, maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim. Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman.” (QS. Al An fal, 8 : 49-55)
Demikianlah diantara ayat-ayat Allah yang menerangkan sebab-sebab datangnya musibah dan bala bencana.
Rasulullah Saw juga menerangkan akan sebab-sebab musibah dalam haditsnya:
Berkata Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Jika timbul maksiat pada ummatku, maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka.” Aku berkata : Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih? Beliau menjawab: “ada!”. Aku berkata lagi: Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka? Beliau menjawab: “Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya.” (HR. Imam Ahmad)
Lima Sebab Datangnya Azab dan Siksa Allah
Rasulullah Saw bersabda:
“Bagaimana kalian apabila terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu,
Tidaklah perbuatan zina itu tampak pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam mereka penyakit ta’un dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang dahulu.
Dan tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit, andai kata tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani.
Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan nyelewengnya penguasa.
Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka.
Dan tidaklah mereka itu menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan bahaya di antara mereka sendiri.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Lima Belas Perkara Mendatangkan Musibah & Bala Bencana
Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka bencana.” Ditanyakan, apakah lima belas perkara itu wahai Rasulullah?
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila…
Harta rampasan perang (maghnam) dianggap sebagai milik pribadi,
Amanah (barang amanah) dijadikan sebagai harta rampasan,
Zakat dianggap sebagai cukai (denda),
Suami menjadi budak istrinya (sampai dia),
Mendurhakai ibunya,
Mengutamakan sahabatnya (sampai dia),
Berbuat zalim kepada ayahnya,
Terjadi kebisingan (suara kuat) dan keributan di dalam masjid (yang bertentangan dengan syari’ah),
Orang-orang hina, rendah, dan bejat moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat),
Seseorang dihormati karena semata-mata takut dengan kejahatannya,
Minuman keras (khamar) tersebar merata dan menjadi kebiasaan,
Laki-laki telah memakai pakaian sutera,
Penyanyi dan penari wanita bermunculan dan dianjurkan,
Alat-alat musik merajalela dan menjadi kebanggaan atau kesukaan,
Generasi akhir umat ini mencela dan mencerca generasi pendahulunya;
Apabila telah berlaku perkara-perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah (kebakaran), tenggelamnya bumi dan apa yang diatasnya ke dalam bumi (gempa bumi dan tananh longsor), dan perubahan-perubahan atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain.” (HR. Tirmidzi, 2136)
Itulah perkara-perkara yang menyebabkan suatu negeri mengalami kekacauan, kehancuran, kesempitan, kemelaratan, perseteruan, dan perpecahan satu sama lainnya, antara rakyat dengan rakyat dan rakyat dengan penguasa. Korupsi dan ketidakadilan merajalela, segala macam penyakit bermunculan menimpa manusia, yang benar-benar menyulitkan dan membinasakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Oleh sebab itulah, Rasulullah Saw berdoa agar sahabat-sahabatnya tidak menjumpai keadaan yang demikian dahsyat dan terpuruknya. Dari semua perkara yang menyebabkan datangnya siksa dan azab itu. Insya Allah akan berakhir jika manusia dan kaum Muslimin khususnya kembali kepada Allah dan Rasul Nya, berpegang teguh kepada Dinullah (Islam yang sebenar-benarnya, menurut Al Qur’an dan As Sunnah) mengikut petunjuk Rasulnya.
Sebagai penutup, renungkanlah firman Allah Swt berikut serbagai introfeksi kita semua:

”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
(QS. Al A’raf, 7: 96)
Wallahu’alam bis showab…

Sebab Turunnya Al Ikhlas, Annas, dan Al Falaq


Surat Al-Ikhlash diturunkan untuk menjawab sebuah pertanyaan. Berikut ini adalah asbabun-nuzul (sebab turunnya) Surat Al-Ikhlash

Dakwah Rasulullah di Mekkah mendapat banyak sekali tantangan, termasuk ancaman pembunuhan.  Saat Rasulluhah berhasil keluar dari Mekkah dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah, ancaman pembunuhan pun masih tetap ada. 

Kaum kafir Quraisy mengadakan pertemuan di Darun Dadwah untuk menangkap Rasulullah dan membawa ke hadapan mereka. Lalu mereka sepakat bahwa siapapun yang berhasil menangkap Muhammad, hidup atau mati, akan diberi hadiah 100 unta merah, 100 jariyah dari Rum, dan 100 kuda Arab. Lalu seorang laki-laki bernama Suroqoh menyatakan kesediaannya.

Singkatnya, Suroqoh dengan berhasil mengejar Rasulullah yang dalam perjalanan ke Madinah. Sebenarnya Malaikat Jibril telah turun dan berkata pada Rasulullah,”Wahai Rasulullah, Allah telah menundukkan bumi ini untuk mentaati perintahmu.”

Maka saat Suroqoh tepat berada di belakang Rasulullah sambil menghunus pedangnya, tiba-tiba ia terjatuh, dan terperosok ke dalam bumi. Sementara itu Rasulullah pura-pura tidak tahu dan melanjutkan perjalanan.

Lalu Suroqoh memanggil,”Hai Muhammad, tolonglah aku. Aku tidak akan membunuhmu. Marilah kita berdamai.”

Rasulullah pun menolong Suroqoh. Namun setelah selamat, Suroqoh malah kembali menghunuskan pedangnya dan hendak menikam Rasulullah. Saat ujung pedang Suroqoh hamper mengenai kulit Rasulullah, tiba-tiba Suroqoh kembali terperosok ke dalam bumi untuk kedua kalinya.

Suroqoh pun kembali berteriak meminta tolong kepada Rasulullah. Dan Rasulullah pun menolongnya lagi. Setelah selamat, Suroqoh pun mendekat dan bersimpuh di hadapan unta yang dikendarai Rasulullah, seraya berkata,”Wahai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang Tuhanmu. Sekiranya Dia memiliki kekuasaan sehebat itu, apakah Tuhanmu itu terbuat dari emas ataukah perak?

Rasulullah pun menundukkan kepalanya. Dan Malaikat Jibril pun datang membawa wahyu, yakni Surat Al-Ikhlas sebagai jawaban atas pertanyaan Suroqoh.

Katakanlah (wahai Muhammad):  Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS. Al Ikhlash:1-4)

Surah al-Falaq

Ayat 1-5, yaitu firman Allah ta'ala,

"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki."' (al-Falaq: 1-5)

Surah an-Naas

Ayat 1-6, yaitu firman Allah ta'ala,

"Katakanlah, 'Aku berlindung kepada Tuhannya manusia, Raja manusia, Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."' (an-Naas: 1-6)

Sebab Turunnya Ayat

Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitab Dalaa'il an-Nubuwwah dari al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas yang berkata, "Suatu ketika, Rasulullah menderita sakit parah. Dua malaikat lantas mendatangi beliau. Yang satu duduk di arah kepada sementara yang satu lagi di arah kaki. Malaikat yang berada di sebelah kaki lalu bertanya kepada yang di sebelah kepala, 'Apa yang terjadi kepadanya?' Malaikat yang di sebelah kepala menjawab, 'Disihir orang.' Malaikat yang di sebelah kaki bertanya lagi, 'Siapa yang menyihir?' Dijawab, 'Labid ibnul-A'sham, seorang Yahudi.' Malaikat itu bertanya lagi, "Di mana diletakkan sihirnya itu?' Dijawab, 'Di sebuah sumur milik si Fulan, di bawah batu. Oleh sebab itu, hendaklah Muhammad pergi ke sumur itu kemudian keringkan airnya lalu angkat batunya. Setelah itu ambillah kotak yang ada di bawahnya dan bakarlah.'

Pada pagi harinya, Rasulullah mengutus Ammar bin Yasir serta beberapa sahabat untuk pergi ke sumur tersebut. Ketika sampai, mereka melihat airnya berwarna merah kecoklatan seperti air pacar/ina. Mereka lantas menimba airnya, mengangkat batunya, mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalamnya lalu membakarnya. Ternyata di dalamnya terdapat seutas tali yang memiliki sebelas simpul. Selanjutnya, Allah menurunkan kedua surah ini. Setiap kali Rasulullah membaca satu ayat maka terurailah satu simpul."

Riwayat yang hampir sama dengan yang di atas terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, namun tanpa menyebut turunnya kedua surah. (517) Akan tetapi, juga terdapat riwayat serupa yang disertai penyebutan turunnya kedua surah.

Abu Nu'aim meriwayatkan dalam kitab ad-Dalaa'il dari jalur Abu Ja'far ar-Razi dari Rabi' bin Anas bin Malik yang berkata, "Seorang laki-laki Yahudi membuatkan sesuatu terhadap Rasulullah sehingga beliau menderita sakit parah. Tatkala para sahabat menjenguk, mereka meyakini bahwa Rasulullah telah terkena sihir. Malaikat Jibril kemudian turun membawa al-Mu'awwidzatain (surah al-Falaq dan an-Naas) untuk mengobatinya. Akhirnya, Rasulullah pun kembali sehat."
517. Lihat Shahih Bukhari, Kitab ath-Thibb, hadits nomor 5766 dan Shahih Muslim, kitab as-Salaam, hadits nomor 2189.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 651 - 653.
Ayat 1, yaitu firman Allah ta'ala,

"Katakanlah (Muhammad), 'Dialah Allah, Yang Maha Esa.'" (al-Ikhlaas: 1)

Sebab Turunnya Ayat

Imam at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Abu Aliyah dari Ubai bin Ka'ab bahwa suatu ketika orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah, "Gambarkanlah kepada kami bagaimana Tuhan Engkau?" Allah lalu menurunkan ayat ini hingga akhir surah.

Imam ath-Thabrani dan Ibnu Jarir meriwayatkan riwayat senada dari Jabir bin Abdillah. Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa surah ini adalah Makkiyyah.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa suatu ketika sekelompok Yahudi datang kepada Nabi saw.. Di antara rombongan tersebut terdapat Ka'ab bin Asyraf dan Huyay bin Akhtab. Mereka lalu berkata, "Wahai Muhammad, gambarkanlah kepada kami ciri-ciri dari Tuhan yang mengutus engkau itu?!" Allah lalu menurunkan ayat ini hingga akhir surah.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah, demikian pula Ibnul Mundzir dari Said bin Jabir riwayat yang mirip dengan di atas. Dengan riwayat ini, sebagian pihak berdalil bahwa surah ini adalah surah Madaniyyah.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Aliyah yang berkata, "Qatadah berkata, 'Sesungguhnya pasukan koalisi (kaum kafir) pernah berkata kepada Nabi saw., 'Gambarkanlah kepada kami bagaimana Tuhan engkau itu?' Jibril lalu turun dengan membawa surah ini."

Jadi, inilah yang dimaksud dengan "orang-orang musyrik" seperti yang disebut dalam riwayat Ubai bin Ka'ab. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa surah ini adalah Madaniyyah, sebagaimana yang juga ditunjukkan oleh hadits Ibnu Abbas. Dengan demikian, kontradiksi antara kedua hadits di atas telah dapat diatasi.

Tetapi, Abusy Syaikh meriwayatkan dalam kitab al-'Azhamah dari Aban dari Anas yang berkata, "Suatu ketika, orang-orang Yahudi Khaibar datang kepada Rasulullah dan berkata, 'Wahai Abal Qasim, Allah telah menciptakan para malaikat dari cahaya tirai-Nya, Adam dari tanah liat yang diberi bentuk, Iblis dari kobaran api, langit dari awan, dan bumi dari buih air. Oleh karena itu, beritahukanlah kepada kami bagaimana hakikat Tuhanmu itu?' Rasulullah belum menjawab pertanyaan tersebut hingga Jibril datang dengan membawa surah ini."

Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur'an, terj. Tim Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 649 - 450.